Mengenal Nabi Lebih Dekat

18 April 2013

Makna Ibadah



بسم الله الرحمن الرحيم


Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta'ala, semoga shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Pernahkah terlintas dalam benak kita tentang hakekat  tujuan Allah subhanahu wa ta'ala menciptakan manusia? Mungkin sebagian kita tahu akan tetapi lupa, mungkin pula ada  yang benar benar tidak tahu. Dan bahkan ada saja orang yang tidak mau tahu apa sebab ia diciptakan. Padahal, Allah subhanahu wa ta'ala telah  mengabarkan kepada kita tujuan sebenarnya Dia – Yang Maha Kuasa – menciptakan manusia, yaitu hanya untuk memurnikan ibadah hanya kepada-Nya. Dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan tidaklah Aku menciptakan dari golongan jin dan manusia kecuali hanya untuk menyembah kepadaKu."

Dalam ayat tersebut Allah subhanahu wa ta'ala menekankan bahwasanya Allah menciptakan  manusia dan jin hanya untuk beribadah. Dan ibadah tersebut hanya dikhususkan kepada Allah semata. Tidak sampai disitu, Allah subhanahu wa ta'ala tidak membiarkan kita kebingungan dan bertanya-tanya atau bahkan membuat-buat bagaimana cara menyembahnya. Akan tetapi  Allah juga mengutus para Rasul untuk menjelaskan bagaimana ibadah yang Allah maksudkan. Karena Allah yang memerintahkan, maka sudah barang tentu hanya  Allah sajalah yang berhak menentukan apa dan bagaimana ibadah yang Dia sukai bagi kita dalam menyembahnya. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam surat An-Nahl ayat 36:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk menyerukan): Beribadahlah kepada Allah (saja) dan jauhilah thaghut."

Dalam ayat ini kita dapati bahwa seruan untuk menyembah hanya kepada Allah saja adalah dakwahnya para nabi dan rasul, lalu apakah dapat dinalar ketika kita diperintahkan untuk beribadah kita tidak diberitahu bagaimana cara beribadah?

Makna ibadah

Ibadah ialah penghambaan diri kepada Allah Ta'ala yang disertai  dengan kecintaan dan pengagungan, dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sesuai dengan syariat yang telah disampaikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Inilah hakekat agama Islam, karena Islam maknanya ialah penyerahan diri kepada Allah semata yang disertai dengan kepatuhan mutlak kepada-Nya dengan penuh rasa rendah diri dan kecintaan.

Ibadah juga dapat diartikan segala perkataan dan perbuatan, baik yang tampak maupun yang batin, yang dicintai dan diridhai oleh Allah subhanahu wa ta'ala.[1]

Pengertian ibadah di atas menjelaskan bahwasanya ibadah tidak hanya terbatas pada rukun Islam saja seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Akan tetapi bisa mencakup seluruh aspek perbuatan manusia, selama perbuatan tersebut memenuhi dua syarat diterimanya sebuah amal ibadah:

[1] Ikhlas, yaitu menjadikan ibadah tersebut murni hanya ditujukan kepada Allah semata.
Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah: 5).
Maksudnya adalah ketika  seorang hamba meniatkan segala bentuk amalnya, perkataan, perbuatan, ketaatan, kecintaan, maupun rasa bencinya murni  karena Allah semata, maka akan saat itulah semua itu menjadi sebuah ibadah baginya.

[2] Mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam beribadah.
Dalam surat Al-Ahzab ayat 21 Allah subhanahu wata'ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.”

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan  bahwasanya ayat ini merupakan asas terbesar dalam kewajiban mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, baik perkataan, perbuatan maupun seluruh tingkah lakunya.
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda

مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barang siapa yang mengada-adakan suatu perbuatan yang baru dalam agama ini yang belum pernah diperintahkan sebelumnya maka amalan itu tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Perlu diketahui bahwasanya kedua syarat di atas harus terpenuhi semuanya dan tidak boleh kurang salah satunya. Apabila amalan tersebut ikhlas saja tetapi tidak sesuai dengan petunjuk Nabi maka amalan tersebut tidak diterima. Begitu pula sebaliknya, apabila amal tersebut telah sesuai petunjuk dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tapi tidak diikhlaskan kepada Allah maka tidak diterima, sampai ia memenuhi kedua syarat tersebut.

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan kita hamba-Nya yang diberi kemudahan untuk  selalu mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya dan termasuk golongan orang-orang yang berpegang teguh diatas sunnah Nabi-Nya. Amin.

Wallahu  a'lam.

Maulana 'Abdul 'Aziz


[1] Kitab Al-Ubudiyyah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal.23.

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip

Follow us on

Copyright © Jejak Nabi | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com