Mengenal Nabi Lebih Dekat

05 Desember 2014

Urgensi Doa Sebelum Berhubungan Suami Istri dalam Membentuk Generasi Unggul

Dulu ketika saya belajar ilmu pendidikan, para ahli memiliki pendapat masing-masing tentang kapan pendidikan itu dimulai. Ada yang mengatakan semenjak di dalam kandungan, dan pendapat lainnya. Intinya mereka berpendapat bahwa pendidikan harus dimulai sedini mungkin. Ketika saya belajar ilmu pendidikan Islam, ternyata Islam telah memulai pendidikan lebih dini ketimbang apa yang telah ditetapkan para ahli dari barat. Islam telah memperhatikan pendidikan semenjak memilih pasangan hidup.  Hal ini telah diisyaratkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam firmannya:


نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُم


Isteri-isterimu adalah tempat kamu bercocok tanam (Al-Baqarah: 223)

Allah subhanahu wa ta'ala telah mengumpamakan seorang istri ibarat ladang untuk bercocok tanam. Seorang petani yang ingin hasil panennya bagus tentunya tidak sembarang memilih tanah. Demikian juga dalam memilih pasangan. Terdapat isyarat dalam perumpamaan ini agar kita tidak sembarangan memilih pasangan hidup. Hal ini lebih diperjelas lagi dengan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam lainnya. Seperti 


"fazhfar bidzati din taribat yadak" beruntunglah yang memilih karena agamanya. Atau,


"Tazawwajul wadudal walud" nikahilah perempuan yang subur dan berkasih sayang. 


"A nazharta ilaiha?" Sudahkah kamu melihatnya? "Fanzhur fa inna fi a'yunil anshar syai'a" lihatlah calonmu karena wanita Anshar ada sesuatu di matanya.


 Dan masih banyak sabda beliau lainnya yang mengisyaratkan kepada kita untuk benar-benar teliti ketika memilih.


Diantara guna dari memilih pasangan yang benar adalah lahirnya para ulama. Dibalik nama besar para ulama terdapat seorang ibu yang shalihah. Sebut saja Imam Malik  rahimahullah yang ibunya selalu menasehati beliau untuk menghormati dan mengagungkan ilmu. Beliau selalu menasehati anaknya untuk mengenakan pakaian yang bagus untuk menghadiri majelis ilmu. Atau Imam Bukhari rahimahullah, ibunya selalu bangun malam mendoakan anaknya. Imam Bukhari  yang buta ketika kecilnya mendapatkan kembali penglihatannya di usia sepuluh tahun. Hal ini karena ibunya tidak pernah putus asa memohon kepada Allah untuk mengembalikan penglihatan anaknya.


 Selain memilih pasangan, memperhatikan adab ketika berhubungan suami istri juga merupakan bagian dari pendidikan terhadap anak. Salah satu diantara adabnya adalah mengucapkan doa sebelum melakukannya.  Doa tersebut tertuang dalam sabda beliau shallallahu 'alaihi wa salam:


لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِىَ أَهْلَهُ فَقَالَ بِاسْمِ اللهِ ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا . فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِى ذَلِكَ لَمْ يَضُرُّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا


"Ketika salah seorang di antara kalian hendak mendatangi istrinya kemudian mengucapkan: 'Bismillah Allahumma Jannibna asy-syaithana wajannibisy-syaithana ma razaqtana'


(Dengan nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami berdua dari syaithan, dan jauhkan pula syaithan itu dari anak yang akan Engkau anugerahkan kepada kami).


Jika ditakdirkan terjadinya anak dari hubungan keduanya, maka syaithan tidak akan bisa mendatangkan bahaya bagi anaknya selamanya." [HR. Bukhari dan Muslim]


 Guru kami Syekh Abdurrahman Asy-Syamrani hafizhahullah pernah berpesan untuk mengajarkan sunnah (baca: tuntunan Nabi) ini kepada masyarakat. Sunnah  yang sudah sepatutnya dilakukan sepasang suami istri dalam rangka mendidik anaknya. Namun banyak umat Islam telah melupakan sunnah ini. Tidak tanggung-tanggung, guru kami malah menganjurkan agar mengajarkan sunnah ini pada kesempatan khutbah Jum'at. Artinya ditengah-tengah publik pun bukan suatu aib ketika seorang penuntut ilmu mengajarkan suatu kebaikan. Meskipun kebaikan tersebut berkenaan dengan perkara yang dianggap sebagian orang tabu untuk dibicarakan. Hal ini karena kita sama-sama melihat kenyataan yang menyedihkan. Media massa sering mengangkat isu-isu kenakalan remaja. Gadis-gadis hamil di luar nikah. Jumlah pengguna narkoba terus meningkat, dimana pelakunya sebagian besar adalah remaja. Itu yang tertangkap oleh media, nah yang tidak ketahuan kira-kira berapa jumlahnya? Tentunya kita tidak ingin hal ini terjadi dan tentunya kita sama-sama resah dengan keadaan ini.


 Melalui tulisan sederhana ini, setidaknya saya ingin melaksanakan wasiat guru kami untuk mengajarkan sunnah ini kepada masyarakat. Saya juga memandang sunnah ini memiliki peran besar bagi terciptanya sebuah masyarakat yang memiliki kualitas iman dan takwa. Kok bisa? Ya di awali dari sepasang suami istri. Ketika mereka berdua senantiasa mengamalkan doa ini. Allah akan menganugerahkan bagi mereka berdua anak-anak yang shalih. Maka lahirnya keluarga kecil yang dihiasi keimanan dan ketakwaan. Jika ada dua pasangan yang mengamalkan doa ini dan Allah menganugerahkan kepada mereka anak-anak yang shalih, maka akan ada dua keluarga yang dihiasi keimanan dan ketakwaan. Jika ada tiga, empat, sepuluh dan seterusnya. Bukankah masyarakat yang terdiri dari keluarga-keluarga tersebut adalah masyarakat yang beriman dan bertakwa? Maka berikut ini adalah saya paparkan sedikit penjelasan mengenai sunnah yang mulia ini.


Kapan mengucapkan doa ini?


لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِىَ أَهْلَهُ
"Ketika salah seorang di antara kalian hendak mendatangi istrinya"

    Dari perkataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam ini dapat kita ketahui kapan kita harus mengucapkan doa ini. Doa ini hendaknya diucapkan di awal ketika hendak berhubungan. Yaitu d
i awal perbuatan atau sebelum melakukan muqaddimah cumbu rayu atau yang dikenal dengan istilah foreplay dan sebelum melepas pakaian. Bukan sebelum penetrasi ke lubang farj. Dalam suatu hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:

سَتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إِذَا وَضَعُوا ثِيَابَهُمْ أَنْ يَقُولُوا بِسْمِ اللهِ


Penghalang pandangan jin terhadap aurat anak cucu Adam adalah ucapan "BISMILLAH" ketika melepas pakaiannya. [HR. Thabrani dalam Mu'jam Al-Ausath]


Hadits ini menunjukkan bahwa ketika kita melepas pakaian kita, jin ikut serta melihat dan menikmati aurat kita. Maka untuk menghalanginya hendaknya kita membaca bismillah sebelum melepas pakaian. Nah, bagi pasangan suami istri, jika mereka melepas pakaian untuk melakukan hubungan namun tidak mengucapkan bismillah. Maka jin ikut menikmati aurat mereka. Maka hendaknya ucapan bismillah kita lakukan sebelum melakukan perbuatan apapun dalam rangka menutup sekecil apapun celah masuk setan.


Bagaimana Jika Lupa?

Bagaimana jika lupa, dan baru ingat ketika melakukannya? Maka diucapkan ketika mengingatnya. 

Hal ini berdasarkan salah satu riwayat hadits ini yang berbunyi "hina ya'tiya ahlahu" ketika sedang melakukan hubungan. Mayoritas riwayat hadits ini mengisyaratkan bahwa doa ini diucapkan sebelum melakukan. Adapun riwayat yang mengatakan "ketika melakukan hubungan" cenderung kepada makna bahwa doa tersebut boleh diucapkan ketika sedang berhubungan. Namun yang lebih utama adalah mengucapkannya sebelum melakukan hubungan dengan alasan:


1. Mayoritas riwayat hadits ini mengisyaratkan bahwa doa diucapkan sebelum dilakukannya hubungan.


2. Asal pengucapan bismillah memang ketika kita memulai suatu pekerjaan bukan ditengah-tengah pekerjaan. Mengucapkan bismillah di tengah pekerjaan lebih-lebih karena lupa diucapkan di awal. Sebagaimana ketika kita lupa mengucapkan bismillah sebelum makan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam mengajarkan untuk mengucapkan bismillah awwaluhu wa akhiruhu ditengah-tengah makan.


3. Menutup pintu bagi setan hingga tidak ada kesempatan sedikitpun bagi mereka untuk ikut menikmati hubungan suami istri yang dilakukan oleh pasangan. Berbeda jika kita mengucapkannya ditengah-tengah, bisa saja di awal setan ikut mencicipi. Syaikhul Islam Ibnu Hajar rahimahullah menukilkan sebuah atsar dari Imam Mujahid bin Jabr rahimahullah bahwa mereka yang melakukan hubungan suami istri dan tidak mengucapkan basmalah maka setan akan ikut menjima' istrinya. [Fathul Bari, bab ma yaqulur rajul idza ata ahlahu]



Lalu makna lafadz doa selanjutnya: 


Allahumma jannibnas syaithan


"Ya Allah jauhkanlah kami berdua dari syaithan"


Inilah salah satu penggalan dalam doa ini. Kita memohon kepada Allah agar dijauhkan dari setan. Doa ini menunjukkan kepada kita bahwa setan senantiasa ikut campur dan menggoda manusia. Hingga ketika seorang melakukan hubungan suami istri-pun setan masih juga ikut. Maka dari itu kita diperintahkan untuk berlindung kepada Allah dari gangguannya. Bagaimana setang mengganggu manusia yang sedang melakukan hubungan suami istri? Salah satunya dia ikut merasakan kenikmatan hubungan tersebut. Sebagaimana telah dijelaskan dalam atsar Mujahid tadi.


Syekh Wahid Abdussalam Bali hafizhahullah dalam kitabnya Ash-Sharimul Battar mengatakan bahwa ada seorang jin yang sudah bertaubat mengatakan kepada beliau. Dulu sebelum bertaubat dia sering ikut merasakan kenikmatan tubuh istri yang dijima' oleh suaminya. Karena suaminya tidak membaca doa ini. Na'udzu billah…


Doa ini juga merupakan benteng bagi sepasang suami istri dari sihir. Banyak kasus sihir pemisah yang menyebabkan pasangan suami istri tidak bisa melakukan hubungan. Kita tentunya sering mendengar ungkapan cinta ditolak dukun bertindak. Boleh jadi sang istri adalah primadona yang menjadi pujaan banyak lelaki sebelum dia menikah. Karena tidak rela dinikahi seorang lelaki, lantas pihak ketiga yang dengki dengan pernikahan tersebut menyihir mereka. Ada yang kasusnya kejantanannya  tiba-tiba melemah padahal sebelumnya bergairah. Ada yang mendapati seolah ada penghalang seperti daging di lubang farji istrinya. Ini semua adalah kerjaan syaithan dan tukang sihir la'natulah 'alaihim. Dengan doa ini insya Allah tipu daya mereka tidak akan berarti apa-apa. Setan mana yang berani mendekat jika Allah yang menjauhkannya dari kita? Dukun mana yang bisa menembus perlindungan Allah? Doa ini adalah salah satu perlindungan Allah yang paling kuat ketika dibaca oleh hambanya yang beriman.


Syekh Abdussalam Bali hafizhahullah juga mengisahkan sebuah kisah nyata. Ada seorang pemuda yang mendakwahkan tauhid di suatu desa. Pemuda tersebut mengingatkan masyarakat tentang pentingnya tauhid dan bahaya syirik. Pemuda tersebut tidak takut menyebutkan kebusukan tipu daya tukang sihir. Di mimbar, di majelis, dan di manapun, bahkan dia secara terang-terangan menyebutkan nama-nama tukang sihir agar masyarakat waspada terhadapnya.


 Ada seorang tukang sihir di desa itu yang sangat terkenal. Ketenaran namanya ini dikarenakan dia sering memeras masyarakat untuk memberinya sejumlah uang. Jika ada pasangan yang akan menikah, dia harus datang ke dukun  itu untuk menyerahkan sejumlah uang agar proses pernikahannya langgeng. Bisa dibilang upeti lah. Jika tidak, jangan harap pasangan tersebut bisa melalui malam pertamanya dengan bahagia. Nah, pemuda tadipun mengingatkan masyarakat agar jangan mendatanginya dan jangan takut kepadanya. Namun sayangnya pemuda tadi belum menikah. Hingga akhirnya tiba saatnya dia menikah. Pemuda inipun merasa takut, jangan-jangan dukun tadi ini bisa mengganggu malam pertamanya. Akhirnya dia mendatangi Syekh Wahid dan menceritakan kejadian ini.


Syekh mengatakan: "beritahu kepada dukun itu kapan hari pernikahanmu. Nyatakan bahwa anda menantangnya dengan izin Allah. Silahkan dukun itu mengganggu malam pengantin anda. Kalau perlu datangkan dukun-dukun lain untuk membantunya."


Pemuda tadi ragu dan mengatakan: "anda serius syekh?"


Syekh menjawab: "ya mengapa tidak? Kemenangan selalu berada di pihak orang-orang yang beriman."


Masyarakatpun menunggu hari tersebut. Mereka bertanya-tanya siapa yang akan menang, dukun itu ataukah pemuda tadi? Namun setelah hari tersebut tiba. Ternyata pemuda tersebut tidak apa-apa. Dan dia melalui malam pengantinnya dengan aman dan bahagia. Masyarakatpun akhirnya semakin percaya dengan kebenaran dakwah tauhid. Allahu Akbar walillahil hamd. Salah satu benteng pemuda tersebut adalah doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam ini tadi. Kisah selengkapnya silahkan merujuk ke Kitab Ash-Sharimul Battar fi Tashaddi lis Saharatil Asyrar, hal: 210.


Lafadz Selanjutnya: 


Wa jannibis syaithana ma razaqtana


"Dan jauhkanlah syaitan dari anak yang akan Engkau anugerahkan kepada kami"


 Di sinilah letak keistimewaan pendidikan dalam Islam. Islam mendidik tidak hanya dengan pengajaran. Islam mendidik tidak hanya dengan perintah dan larangan. Namun Islam juga mendidik dengan doa. Model pendidikan inilah yang tidak pernah terpikirkan oleh barat. Bahkan mereka mengingkari dan tidak menganggapnya sebagai bagian dari pendidikan.


 Dari hubungan suami istri terdapat dua kemungkinan. Kemungkinan terlahir seorang anak dan kemungkinan tidak terlahir seorang anak. Di atas kedua kemungkinan ini kita tetap dituntut untuk mengucapkan doa ini. Apabila dihasilkan seorang anak, maka kita akan mendapatkan keutamaan dengan selamatnya anak-anak kita dari godaan setan. Jika tidak, maka kita mendapat keutamaan dengan dicatatnya hubungan suami istri ini sebagai perbuatan yang bernilai ibadah. Maka alangkah ruginya mereka yang meninggalkan keutamaan doa ini dengan tidak mengucapkannya sebelum memulai hubungan.


Ketika sang anak lahir setan tidak bisa mendatangkan bahaya bagi anak tersebut. Bahaya bagaimana? Yaitu bahaya fisik dan bahaya di dalam agamanya. Bahaya fisik seperti, kesurupan dan sihir. Masyarakat Arab mengenal suatu jenis jin yang suka mengganggu anak-anak yang disebut ummu shibyan, mungkin dalam budaya kita disebut kuntilanak. Allah subhanahu wa ta'ala akan melindungi anak-anak kita dari ummu shibyan berdasarkan hadits ini. Bagaimana bahaya dalam agama ? Tentu Setan sangat susah menjerumuskan anak Adam dari hasil hubungan yang diiringi doa ini ke dalam kemaksiatan.


Ini adalah jaminan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam. Akankah kita meragukan janji Nabi kita yang tidak pernah berbohong ini? Sungguh keji sikap mereka yang ragu terhadap janji ini. Namun perlu dipahami, bukan berarti anak dari hasil hubungan ini akan lepas seratus persen dari dosa dan maksiat. Namun anak hasil dari hubungan suami istri yang diiringi doa ini akan masuk ke dalam golongan yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam firman-Nya:


إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ   


Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu(yaitu setan) terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, Yaitu orang-orang yang sesat.

[Al-Hijr: 42]

Juga firman-Nya:


وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka akan segera ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Mereka-pun tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, dan mereka mengetahuinya.

[Ali Imran: 135]


Dan firman-Nya:


إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ


Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa ketika terjerumus ke dalam godaan syaitan, mereka segera ingat kepada Allah, Maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.

[Al-A'raf: 201]

Jadi bukan berarti anak-anak hasil hubungan yang disertai doa ini ma'shum (terbebas) dari perbuatan dosa. Mereka tetap sesekali terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Namun mereka segara menyadarinya dan segera memohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta'ala.


 Sering kita temui anak-anak yang diberitahu sekali oleh orang tuanya langsung nurut. Dan ada anak yang diberitahu berkali-kali tapi tidak nurut, istilah kerennya bandel. Ini jangan-jangan orang tuanya dulu tidak membaca doa ini ketika berhubungan. Maka untuk para orang tua jangan terburu-buru menyalahkan anak-anak anda ketika mereka bandel dan sulit diatur. Ingat-ingat!, dulu ketika anda berhubungan, sudahkah membaca doa ini?


Sebagai tambahan, saya ingin menghadirkan bukti nyata dari kebenaran sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa salam ini. Yaitu bibi saya sendiri. Pernah suatu ketika beliau menanyakan, apakah ada doa yang diajarkan Nabi shallallahu 'alaihi wa salam sebelum melakukan hubungan. Saya katakan, "ya ada". Oooh… kalau begitu yang kami lakukan benar. Beliau hanya ingin memastikan apakah doa yang beliau dapat di buku bacaan memang berdasarkan sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa salam atau tidak. 


Kemudian beliau menceritakan bahwa tetangganya pernah menyakan, "nyonya kok anak kamu pinter, diberitahu sekali langsung nurut? La… anakku sampe bibir ini lepas, tetap bandel" Bibi saya menjawab, "pasti kamu dulu waktu berhubungan gk baca doa ya…?". He he iya eh…habis enak sih…


Maka dari itu hubungan suami istri ini bukan hanya sekedar mencari kenikmatan dunia saja. Namun hubungan suami istri ini juga merupakan bagian dari pendidikan anak. Yang memiliki pengaruh terhadap proses pembentukan karakter mereka.


Kota Nabi, 29 Shafar 1433 H


Hamba Faqir, Haidir Rahman Rz, Lc. Alumnus Universitas Islam Madinah Fakultas Hadits  


Arsip

Follow us on

Copyright © Jejak Nabi | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com