Mengenal Nabi Lebih Dekat

18 April 2013

Biografi Imam Bukhari (bag-1)


AL-IMAM MUHAMMAD BIN ISMA'IL AL-BUKHARI (194 – 256 H)

( bagian pertama )

 "Saya tidak mengetahui di bawah kolong langit ini ada seseorang yang lebih berilmu dan lebih hapal tentang hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari Muhammad bin Isma'il (Al-Bukhari) ," Imam Ibnu Khuzaimah.
Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin, shalawat beserta salam semoga tercurahkan atas Sayyidul Mursalin, amma ba'du:

Tidak diragukan lagi, mempelajari kehidupan para ulama kaum muslimin merupakan salah satu cara untuk meningkatkan iman seorang muslim. Karena dengan mempelajari sejarah dan perjalanan hidup mereka kita akan mengetahui betap besar jasa yang telah mereka berikan kepada Islam dan kaum muslimin. Mereka telah menghabiskan usia, harta dan tenaga untuk menjaga agama Allah ta'ala dengan mempelajari, mengamalkan dan mengajarkan kepada kaum muslimin  ilmu yang telah Allah berikan kepada mereka. Mereka adalah sebaik-baik teladan – setelah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam – bagi kaum muslimin yang menginginkan kemuliaan yang telah diperoleh oleh para pendahulu umat ini.  
Diantara para ulama itu adalah Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari rahimahullah, sebuah nama yang sangat melekat di telinga kaum muslimin karena jasanya yang sangat besar dalam menjaga hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau adalah penulis kitab Shahih Al-Bukhari yang sangat berharga dan telah dinobatkan oleh para ulama ahli hadits sebagai kitab yang paling terjamin kebenaran dan keabsahan isinya setelah Al-Quran Al-Karim.

NAMA, NASAB DAN PERTUMBUHAN BELIAU
Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju'fi Al-Bukhari. Kakek beliau yang bernama Bardizbah adalah seorang Majusi. Sedangkan Al-Mughirah bin Bardizbah masuk Islam di tangan Yaman bin Ja'far Al-Ju'fi, Gubernur kota Bukhara pada masa itu.

Adapun ayah beliau yang bernama Isma'il bin Ibrahim rahimahullah merupakan salah seorang imam ahli hadits yang meriwayatkan hadits dari Imam Malik bin Anas, Hammad bin Zaid, dll. Ia pernah berkata sebelum wafatnya, "Saya tidak mengetahui ada satu dinar saja dari hartaku yang haram, tidak pula satu dirham."

Adapun ibu beliau, dia adalah seorang wanita solehah lagi ahli ibadah. Imam Al-Lalika'i meriwayatkan dalam kitabnya Syarhus Sunnah bahwa dahulu Imam Al-Bukhari pernah mengalami kebutaan pada masa kecilnya, lalu pada suatu malam Ibu Imam Al-Bukhari melihat Nabi Ibrahim 'alaihissalam berkata kepadanya, "Wahai kamu! Allah telah mengembalikan penglihatan anakmu karena banyaknya doamu (kepada Allah)." Hingga pada pagi harinya Allah ta'ala sungguh telah mengembalikan penglihatan Imam Al-Bukhari. Allahu Akbar.

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Begitulah Imam Al-Bukhari tumbuh dalam keluarga yang penuh dengan ilmu, iman dan kesalehan yang itu semua memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perjalanan hidup beliau di masa mendatang.

Imam Al-Bukhari lahir di kota Bukhara, sebuah kota di kawasan Khurasan (Negara Uzbekistan sekarang) bertepatan pada hari Jumat, 13 Syawwal 194 H.

PERJALANAN MENUNTUT ILMU

Imam Al-Bukhari rahimahullah telah memulai menuntut ilmu dan melakukan perjalanan untuk hal itu  sejak beliau masih kanak-kanak. Beliau bercerita, "Saya diberikan ilham untuk menghapal hadits ketika saya masih berada di Kuttab (setingkat madrasah ibtida'iyah), ketika itu saya masih berusia 10 atau 11 tahun. Kemudian saya keluar dari Kuttab dan mulai menghadiri majelis Ad-Dakhili (guru beliau) dan lainnya.

Suatu hari dia (Ad-Dakhili) berkata ketika membacakan (hadits) kepada murid-muridnya, 'Sufyan dari Abu Az-Zubair dari Ibrahim'. lalu saya berkata, ' Wahai Abu Fulan! Sesungguhnya Abu Az-Zubair tidaklah meriwayatkan dari Ibrahim'.

Lalu dia menghardikku, lantas saya katakan kepadanya, 'Lihat kembali (kitab) asalnya jika anda punya!' Lalu ia masuk dan melihat ke kitab asal kemudian keluar dan berkata, 'Bagaimana yang benar Wahai Anak kecil?' saya berkata, 'Yang benar adalah Az-Zubair bin Ady dari Ibrahim'. Lalu ia mengambil pena dariku dan membenarkan bukunya lalu berkata, 'Kamu benar'.”

Imam Al-Bukhari ketika itu masih berusia 11 tahun, yang menunjukkan akan kecerdasan, kekuatan hapalan dan pehaman beliau yang sangat mengesankan.

Kemudian bersama ibu dan kakaknya beliau melakukan perjalanan ke Tanah Suci dalam rangka melaksanakan ibadah haji. Ketika mereka telah menyelesaikan manasik, pulanglah ibu dan kakak beliau ke Bukhara sedangkan beliau tetap tinggal di Makkah untuk menuntut ilmu.

Melakukan perjalanan atau rihlah untuk menuntut ilmu merupakan adat para ulama salaf untuk mencari dan meneliti hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari para ulama Ahli Hadits. Mereka telah mencurahkan tenaga dan biaya yang tidak sedikit untuk melakukan perjalanan ini dalam rangka mengharapkan pahala dan ridha Allah subhanahu wa ta'ala. Bahkan banyak diantara mereka telah berjalan beribu-ribu mil dengan berjalan kaki karena keterbatasan bekal yang mereka miliki. Subhanallah

Demikian pula dengan Imam Al-Bukhari rahimahullah. Sejak menunaikan ibadah haji bersama keluarganya, beliau memilih untuk tetap tinggal di kota Makkah untuk memulai perjalanan baru dalam mencari ilmu. Dan ketika itu usia beliau adalah 16 tahun.

Di usia yang masih sangat muda seperti itu, dimana kebanyakan orang masih disibukkan dengan hal-hal yang sia-sia dan senda gurau,  Imam Al-Bukhari rahimahullah dalam keterasingannya di negeri orang telah memulai perjalanan ke seluruh penjuru negeri islam untuk bertemu dengan para ulama pembawa hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengambil ilmu dari mereka.

Diantara kota-kota yang beliau kunjungi adalah: Makkah, Madinah, Bashrah, Kufah, Baghdad, Syam, Mesir, Jazirah 'Arab, Khurasan dan kota-kota di sekitarnya seperti Maru, Balkh, Harah, Samarqand dll.

Demikianlah perjalanan panjang dan juga melelahkan yang telah dilakoni oleh Imam Al-Bukhari rahimahullah selama menuntut ilmu, sehingga tidaklah aneh jika beliau telah berguru dengan lebih dari 1000 ulama di seluruh pelosok negeri islam ketika itu.

Bersambung insya Allah.

Referensi:
-           Siyar A'lamin Nubala', karya Imam Adz-Dzahabi

-          Min A'lamis Salaf, karya Syaikh Ahmad Farid
-          Tarjamatul Imam Al-Bukhari, oleh penulis

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip

Follow us on

Copyright © Jejak Nabi | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com