Oleh : Mahfudz Bazher
بسم الله الرحمن الرحيم
Islam adalah agama yang sangat
menjunjung tinggi akan adab. Hal ini dapat terlihat jelas dari
penjelasan-penjelasan Al Qur’an dan Hadits-hadits Rasulullah – Shallallahu
Alaihi wa Sallam- yang shahih serta pengamalan para sahabat-sahabat beliau
– Shallallahu Alaihi wa Sallam. Begitu banyak ayat Al Qur’an dan Hadits
yang menyeru dan memerintahkan umat islam untuk berperangai dengan perangai
yang baik, baik itu adab yang berkaitan dengan diri sendir, orang tua,
keluarga, teman, adab yang berkaitan dengan ruang lingkup yang lebih luas
seperti masyarakat tempat di mana dia tinggal, atau adab yang berkaitan dengan
keseharian seorang muslim, seperti adab kepada Allah dan Rasul-Nya, dan adab
makan, minum, tidur, membaca Al Qur’an, dan lain sebagainya. contohnya adab
kepada ke dua orang tua, Allah Ta’ala berfirman :
وقضى ربك ألا تعبدوا
إلا إياه و بالوالدين إحسانا إما يبلغن عندك الكبر أحدهما أو كلاهما فلا تقل لهما
أف ولا تنهرهما و قل لهما قولا كريما (23) واخفض لهما جناح الذل من الرحمة و قل رب
ارحمهما كما ربياني صغيرا (24).
“dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamuj
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada
keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan
penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (QS. Al Isra :
23-24).
Bahkan berbakti kepada keduanya
terutama ibu adalah amal ibadah yang paling dicintai Allah Ta’ala yang
menempati urutan kedua setelah menjaga shalat tepat pada waktunya, sebagaimana
Rasulullah – Shallallahu Alaihi wa Sallam- bersabda ketika ditanya oleh
Abdullah bin Mas’ud – Radhiallahu Anhu- tentang amalan yang paling dicintai
Allah Ta’ala:
بر الوالدين
“ berbakti kepada kedua orang tua.” (HR. Al
Bukhari (527) dan Muslim (85)). Dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya.
Oleh karena itu, eksistensi suatu
masyarakat sangatlah ditentukan oleh seberapa besar perhatian mereka terhadap
akhlak dan adab, sebagaimana seorang penyair berkata:
إنما الأمم الأخلاق
ما بقيت فإن همو ذهبت أخلاقهم
ذهبوا
“Eksistensi (keberadaan)
sekelompok umat sangatlah tergantung kepada akhlaknya.
Jika akhlaknya hilang maka, akan punah pula
keberadaan umat tersebut.”
Karena pentingnya masalah ini,
maka para ulama’ – Rahimahumullah- baik yang terdahulu ataupun yang
datang belakangan, menulis dan membuat buku yang berjilid-jilid yang
menjelaskan tentang adab, diantaranya; Kitab Al Adabul Mufrad karya Imam
Al Bukhari, Kitab Zaadul Ma’ad karya Imam Ibnul Qayyim, Kitab Al
Adaab Asy Syariyyah karya Ibnul Muflih, Kitab Ghidzaaul Albab karya
Imam As Safarini dan masih banyak lagi buku-buku yang berkaitan dengan adab.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya
bagi seorang muslim untuk memperhatikan hal ini, dan berusaha untuk selalu
memperbaiki adab dan akhlaknya dan menyempurnakannya.
Mengingat bahwa Al Qur’an Al
Kariim adalah firman Allah Ta’ala yang agung, yang diturnkan kepada nabi yang
paling mulia, lewat perantara malaikat yang paling mulia, dan karena Al Qur’an
adalah sumber pertama dalam agama ini, dan Allah Ta’ala menurunkannya untuk
dibaca dan ditadabburi (renungi) maknanya maka, serta ganjaran yang besar bagi
orang yang membacanya, maka kita akan mengulas sedikit tentang hal-hal yang
berkaitan dengan adab membaca Al Qur’an dan hal-hal yang berkaitan dengannya, agar
seorang muslim dapat meraih pahala yang sempurna.
Sesungguhnya Allah Ta’ala
menurunkan kitab-Nya Al Qur’an untuk dibaca ayat-ayatnya, direnungi
makna-maknanya, dan diamalkan isi dan konsekwensi yang ada di dalamnya, serta
Allah Ta’ala telah menjamin akan menjaga kemurnian dan kesucian Al Qur’an,
sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
أفلا يتدبرون القرآن
أم على قلوب أقفالها
“maka mereka menghayati Al Qur’an, ataukah
hati mereka sudah terkunci.” (QS. Muhammad : 24).
Dan firman Allah Ta’ala :
إنا نحن نزلنا الذكرى
و إنا له لحافظون
“sesungguhnya Kamilah yang menurunkan, dan (pasti)
Kami pula yang memeliharanya.” (QS. Al Hijr : 9).
Oelh karena itu, orang yang senantiasa
membacanya, mempelajarinya, mengamalkan isinya akan selalu merasa tenang, dan
senantiasa mendapatkan rahmat Allah Ta’ala, sebagaimana Rasulullah –
Shallallahu Alaihi wa Sallam- bersabda :
وما اجتمع قوم فس بيت
من بيوت الله، يتلون كتاب الله، و يتدارسونه بينهم، إلا نزلت عليهم السكينة، و
غشيتهم الرحمة، و حفتهم الملائكة، و ذكرهم الله فيمن عنده.
“tidaklah berkumpul satu
kaum di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), sedang mereka membaca
Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan turun kepada mereka sakinah
(ketenangan), diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para Malaikat, dan Allah
menyebutkan mereka di hadapan para Malaikat.” (HR. Muslim).
Maka, untuk meraih
keutamaan-keutamaan di atas, kita perlu mempelajari adab-adab yang berkaitan
dengan membaca Al Qur’an, di antaranya adalah:
Adab yang pertama: berusaha untuk mengikhlaskan
niat dalam mempelajari Al Qur’an dan membacanya. Karena membaca Al Qur’an
adalah Ibadah yang tidak boleh diselewengkan kepada selain Allah Ta’ala, kerana
amal apapun yang tidak memenuhi syarat di terimanya amal (yaitu Ikhlas dan
Mutaba’ah) maka amalan tersebut tertolak dan tidak diterima. Imam An Nawawi –
Rahimahullah – berkata :
فأول ما يؤمر به (أي
القارئ): الإخلاص في قرائته، وأن يريد بها وجه الله تعالى، و أن لا يقصد بها توصلا
إلى شيء سوى ذلك.
“maka hal pertama yang diperintahkan kepada
orang yang membaca Al Qur’an adalah ikhlas di dalam membacanya, dengan
mengharapkan wajah Allah Ta’ala, dan bukan karena tujuan untuk mencapai selainnya.” ( Al Adzkar Hal.
160, penerbit : Dar Al Huda, Cetakan ke tiga tahun 1410 H).
Adab yang kedua : mengamalkan isi Al
Qur’an. Yaitu dengan menghalalkan semua yang dihalalkannya, mengharamkan semua
yang diharamkannya, menjauhi segala larangannya, menjalankan segala
perintahnya, dan mengamalkan ayat-ayatnya yang Muhkam, mengimani ayat-ayatnya
yang mutasyabih, dan menegakkan batasan-batasannya. Sebaliknya, larangan keras
ditujukan orang yang menghafal Al Qur’an namun tidak mengamalkan isinya, dan ancamannya adalah akan dibelah kepalanya
kemudian di sambung kembali sampai hari kiamat, sebagaimana di dalam sebuah
hadits yang panjang, bahwa Rasulullah – Shallallahu Alaihi wa Sallam- bersabda
tatkala meneceritakan mimpinya kepada para sabahat :
و الذي رأيته يشدخ رأسه فرجل علمه الله القرآن، فنام عنه بالليل، و لم يعمل
فيه بالنهار، يفعل به إلى يوم القيامة
“adapun orang yang dibelah
kepalanya, dia adalah orang yang Allah ajarkan kepadanya Al Qur’an, namun di
malam hari dia tidur darinya, dan di siang hari dia tidak mengamalkannya, maka
dia akan di adzab seperti itu sampai hari Kiamat.” (HR. Al Bukhari (1386) ).
Inilah dua adab yang sangat
penting untuk dipahami bersama, serta di amalkan dalam kehidupan sehari-hari,
dan masih banyak adab-adab lainnya yang berkaitan dengan pembahasan ini yang In
Syaa Allah akan di lanjutkan pada bagian ke dua dari tulisan ini.
Semoga Allah Ta’ala memudahkan
kita untuk mempelajari Al Qur’an, memahami, dan mengamalkan isinya.
Wa Shallallahu wa Sallam ala
Nabiyyina Muhammad, wa ala Alihi wa Sahbihi wa sallam.
(Tulisan ini, sebagian besar diringkas dari
Kitab Al Adab, karya Syaikh Fuad Abdul
Aziz As Syalhub, penerbit : Dar Al Qasim,
cetakan pertama : 1423 H / 2002 ).
0 komentar:
Posting Komentar