Mengenal Nabi Lebih Dekat

01 Oktober 2013

Selimut Cinta Khadijah


Sayyidina Muhammad -Shallallahu 'alaihi Wa sallam-
Oleh: Rizqo Kamil Ibrahim *

"Zammilunie, zammilunie!" 'Selimutilah aku, selimutilah aku,' pinta Rasululullah -Shallallahu 'alaihi wa sallam- kepada sang kekasih Khadijah binti Khuwailid -radiyallahu 'anha-.

Adrenalin yang tidak karuan, ketakutan yang amat sangat, serta gundah-gulana mendera manusia ma'sum yang perkataannya adalah hujjah - Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam - tak lama setelah beliau mendapat wahyu dari Allah melalui perantara Malaikat Jibril di Gua Hira.

"Fa zammaluhu hatta dzahaba 'anhu arrou 'u", ' Khadijah pun segera menyelimuti Rasulullah -Shallallahu 'alaihi wa sallam- sehingga Rasulullah merasa tenang .
 Lihatlah betapa salehahnya sang istri menyelimuti suaminya dengan segala kelembutan dan kasih sayang. Terdapat pelajaran yang menarik dari perlakuan Khadijah di atas : bahwasanya ketakutan dapat diredakan bahkan dihilangkan dengan berselimut.


"Laqod Khosyitu 'ala nafsie" , 'aku sangat takut jikalau kebinasaan menimpa diriku', 'ujar Nabi  kepada Khadijah-radiyallahu 'anha-.
 "Kalla! wa llahi ma yukhzika 'llah abadan!", 'Sekali-kali tidak! Demi Allah! Allah tidak akan merendahkanmu selamanya,' ujar Khadijah. 
"Sungguh engkau telah menyambungkan tali persaudaraan, engkau telah memikul beban orang lain, engkau suka mengusahakan keperluan orang yang tak punya, menjamu tamu dan senantiasa membela kebenaran!", Khadijah melanjutkan.

Lihatlah betapa indahnya perkataan wanita Shalehah yang diciptakan untuk lelaki shalih ini. Perkataan yang menghidupkan hati-hati yang layu, membangkitkan derap langkah yang sempat terhenti. Lantas  adakah yang lebih indah dari senyuman dan motivasi sang istri dikala suami sedang gundah?. Itulah yang dicontohkan oleh seorang wanita salehah ibunda kaum mu'minin : Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi -Shallallahu 'alaihi wa sallam- yang merupakan sohabiyat (sahabat dari kalangan perempuan).

Para suami bukanlah seorang yang selalu teguh di setiap saat. Ada kalanya saat kelemahan mendera, kelesuan nan gundah melanda, karena begitulah sejatinya manusia. Berita PHK, dagangan yang kurang laku di pagi hari, penumpang yang tak kunjung datang, marahnya atasan, mendapat bawahan yang kurang baik, karya yang tidak dihargai, dakwah haq yang dimusuhi dan pelbagai masalah kerap membuat kepulangan suami di sore hari menuju rumah dibarengi dengan dagu yang tunduk serta suasana hati yang tidak karuan.

Lantas adakah Khadijah – Khadijah di era globalisasi ini yang akan menenangkan suaminya dengan kata-kata indahnya?, ataukah yang ada hanya ucapan, "suami payah", "begitu saja tidak bisa", atau kata  "bodoh", yang akan menyambut hati suami yang galau?
Tentu saja wanita yang baik akan selalu ada. Namun tidaklah seseorang mendapatkan wanita sebaik Khadijah kecuali ianya sebaik Rasulullah -Shallallahu 'alaihi wa sallam- . Maka sebesar  kadar keshalihan seseorang sebesar itu pula kadar keshalihan pasangan yang didapat.
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)." (QS An-Nurr: 26)

Wallahu ta'ala a'lam.
*Penulis Sedang duduk di Fakultas Hadits Universitas ISlam Madinah semester 6.

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip

Follow us on

Copyright © Jejak Nabi | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com