Mengenal Nabi Lebih Dekat

19 September 2013

JUHA

Oleh : Ust. Sofyan Saladin*

Cerita tentang kekonyolan seorang tokoh bersama Juha banyak diceritakan bahkan dalam beberapa buku pelajaran Bahasa Arab. Mungkin Anda sangat familiar dengan nama tersebut.


Dulu, saya lupa tepatnya, saya pernah membaca tentang siapa sebenarnya Juha. Kemarin seorang ikhwan – jazahulllah khaira – menulis di Grup Mahasiswa Fakultas Hadits Universitas Islam Madinah tentang biografi Juha. Sayapun menyalin dan menyimpannya dengan niat untuk mempelajarinya di lain waktu.

Namun ketika saya sedang mencari kitab-kitab bagus berbentuk pdf di www.kulalsalafiyeen.com saya menemukan tulisan dengan tema dan isi yang sama. Saya kembali menyimpannya sebagai referensi tambahan.

Ketika saya membaca sampai akhir ternyata tulisan tersebut dinisbatkan kepada Syaikh Muhammad Abdul Wahhab Al-Wushabi dan terdapat tautan http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=139716. Sayapun langsung menuju www.sahab.net untuk mencari “sanad ali”. Alhamdulillah saya mendapat jalan pintas untuk mempelajari faidah ini.
Berikut terjemahan bebas dari www.kulalsalafiyeen.com dengan judul

 اِحْذَرْ أَنْ يَكُوْنَ جُحَا خَصْمَكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ...فَجُحَا مِنَ التَّابِعِيْنَ:


HATI-HATILAH JANGAN SAMPAI JUHA MENJADI SETERUMU DI HARI KIAMAT ... SESUNGGUHNYA JUHA SALAH SEORANG TABI’IN**



Saya ingat ada yang pernah berkata kepada saya: “Sepertinya Juha adalah penduduk surga.”


Aku lantas berkata padanya: “Kenapa bisa begitu?”


Dia menjawab: “Semua orang menggunjingnya dan memberikannya bagian dari pahala mereka.”


Akupun jadi sering merenungkan ucapannya dan membuatku jadi terdorong untuk mencari tahu tentang sosok yang telah sering diperdebatkan ini.


Setelah jelas bagiku siapa dia, berangkat dari sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:


مَنْ رَدَّ عَنْ عِرْضِ أَخِيْهِ رَدَّ اللهُ عَنْ وَجْهِهِ النَّارَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ


“Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka pada hari kiamat.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi).


Kemudian untuk membela kehormatan seseorang yang dikenal muslim dan baik serta mendapati abad paling afdhal, saya memutuskan untuk memperkenalkannya kepada manusia. Agar mereka menjaga kehormatannya dan tidak membicarakannya dengan hal-hal yang tidak layak dengan kedudukannya.


Juha bukanlah dongeng, tapi dia benar-benar ada, namanya Dujain bin Tsabit Al-Fazari rahimahullah. Dia mendapati dan melihat Anas radhiyallahu anhu. Dia meriwayatkan dari Aslam Maula Umar bin Khaththab, Hisyam bin Urwah, Abdullah bin Mubarak dan lain-lainnya.

Asy-Syairazi berkata: “Juha merupakan julukannya. Dia seorang yang lucu tapi cerita-cerita tentangnya adalah kedustaan atas namanya.”

Al-Hafizh Ibnu Asakir berkata: “Usianya lebih dari seratus tahun.”

Ini semua tertuang dalam kitab Uyun At-Tarikh karya Ibnu Syakir Al-Kutubi (hal. 373 dan setelahnya).

Adz-Dzahabi berkata dalam Mizanul I’tidal (I/ 326): “Juha adalah seorang tabi’in. Ibunya merupakan pembantu Anas bin Malik. Dia merupakan seorang yang ramah dan baik. Tidak selayaknya seseorang menjadikannya bahan ejekan ketika mendengar berbagai cerita lucu yang dinisbatkan kepadanya. Namun hendaklah dia memohon kepada Allah agar memberinya manfaat dengan keberhakan-Nya. Al-Jalal As-Suyuthi berkata: “Sebagian besar cerita tentangnya tidak ada asalnya.”


Adz-Dzahabi juga menukil pada biografinya:


Abbad bin Shuhaib berkata: “... di antara mereka adalah Juha, kuniyahnya Abul Ghusn. Disebutkan bahwa dia seorang yang cerdas dan pintar. Hanya saja dia sering melucu. Konon pula bahwa sebagian musuhnya membuat cerita-cerita palsu tentangnya ... wallahu a’lam.”

Bagaimanapun juga:

- Jika Juha adalah seorang shalih yang mendapati sebagian sahabat lalu tersebar seperti ini, maka jelas ini merupakan kemungkaran dan kejahatan yang berat.


- Jika Juha adalah seorang muslim biasa kenapa dibicarakan? Kenapa berdusta atas namanya? Kenapa digambarkan secara fiktif? Bukankah dia sudah meninggal? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:


اُذْكُرُوْا مَحَاسِنَ مَوْتَاكُمْ وَكُفُّوْا عَنْ مَسَاوِيْهِمْ


“Sebutlah kebaikan orang-orang yang telah meninggal di antara kalian dan jangan bicarakan keburkan mereka.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi).

Ini adalah seruan bagi semua orang untuk teliti dan cermat terhadap apa yang didengar dan disebar. Dalam sebuah hadits disebutkan:

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِباً (وَفِيْ رِوَايَةٍ إِثْماً) أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ


“Cukuplah seseorang berdusta – dalam riwayat yang lain: berdosa – ketika dia menceritakan semua yang dia dengar.”


*Penulis Sedang Melanjutkan Studi Di Fakultas Hadits Universitas Islam Madinah 

**Syaikh Al-Wushabi, dan berikut tautan audionya: http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=139716

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip

Follow us on

Copyright © Jejak Nabi | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com